Teknologi
Dosen Unwahas Ungkap Teknologi Biosildam MA-11 Beri Inspirasi Pertanian
Semarang, Bindo.id – Dosen Universitas Wahid Haysim (Unwahas) Semarang, Dr. Nugroho Widiasmadi mengungkapkan teknologi Biosildam MA-11 sebagai sumber inspirasi bagi pertanian di Indonesia.
“Teknologi ini mewakili perubahan besar dalam paradigma pertanian,” ujarnya, Sabtu (4/11/2023).
Pertanian yang semula memakai pendekatan kimia sekarang ini berubah jadi organik terukur.
Tak hanya para petani, teknologi ini juga mencuri perhatian pemerintah serta sektor swasta.
Hal ini membuka jalan untuk pertanian yang lebih berkelanjutan serta masa depan Indonesia yang lebih cerah.
“Petani melaporkan peningkatan produksi dan keuntungan, mengurangi ketergantungan pada bahan kimia berbahaya,” ujarnya.
Penerapan teknologi ini juga memiliki dampak positif terhadap biaya serta hasil panen yang lebih sehat.
Teknologi pertanian terbaru ini juga mampu melewati tantangan alam diantaranya kekeringan serta masalah sumber daya air.
Pendekatan organik mengakibatkan pertanian lebih tahan pada perubahan cuaca ekstrem.
Selain itu, penghentian pemakaian bahan kimia berbahaya memberi kontribusi penting terhadap lingkungan yang lebih bersih, sehat, serta dapat melindungi ekosistem yang berkelanjutan.
Teknologi ini sebagai langkah bijak untuk mewujudkan pertanian yang berkelanjutan dan masa depan.
“Ini menandakan perubahan positif menuju pertanian organik di Indonesia,” ujarnya.
Anggota DPR RI Komisi XI, Susi Marleny Bachsin mendukung penuh adanya teknologi ini.
“Ini menggarisbawahi pentingnya Teknologi Biosoildam MA-11 dalam mengatasi masalah pertanian, infrastruktur, dan ekonomi nasional dengan fokus pada teknologi yang ramah lingkungan,” ucap Susi Marleny.
6 penyebab usaha pertanian mengalami kegagalan
Dr. Nugroho menyebutkan ada 6 penyebab yang mengakibatkan kegagalan usaha pertanian yang terjadi sekarang ini.
Hal tersebut sesuai analisis dan eksperimen yang sudah dilaksanakan 10 tahun lalu.
Berikut ini keenam penyebab kegagalan pertanian :
Pertama yakni daya dukung lahan yang tak optimal disebabkan matinya tanah akibat penggunaan pupuk kimia mulai revolusi hijau pada tahun 1970.
Kedua yakni rendahnya kemampuan untuk menyimpan air serta nutrisi alami dalam jangka waktu lama, bahkan pada satu periode musim saja sudah tampak kering/kosong.
“Ketiga, rapuhnya anatomi tanaman mulai dari ujung akar sampai ujung daun akibat pemakaian pupuk dan pestisida kimia/sintetis,” bebernya
Keempat yakni virus yang bersarang di benih, sehingga membuat tanaman menjadi cacat/tidak sehat.
Kelima yakni aparat daerah terlebih Dinas Teknis dan Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) yang ada di daerah tak memiliki solusi yang jelas (cepat, mudah, serta terukur) bagi pertanian di daerahnya masing-masing.
Keenam yakni hasil penelitian Balai/Litbang Pertanian dinilai tak solutif pada saat krisis pertanian sekarang ini.
Ikuti berita terkini dari BINDO di
Google News, YouTube, dan Dailymotion