Info Regional
RDF Plant Dikembangkan Pemprov DKI Jakarta Untuk Mengatasi Permasalahan Sampah
Jakarta, Bindo.id – Permasalahan sampah yang ada di Jakarta, tampaknya tak pernah usai.
Sampai saat ini, terutama Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta, terus melakukan upaya agar bisa mengatasi permasalahan terkait sampah.
Salah satunya yakni dengan mengembangkan Refuse Derived Fuel (RDF) Plant.
RDF Plant dianggap menjadi solusi yang efektif serta ramah untuk melakukan pengelolaan sampah di Jakarta. Dengan menggunakan RDF Plant, sampah yang dihasilkan warga Jakarta akan diolah menjadi bahan bakar alternatif pengganti batu bara.
Jakarta telah mengandalkan Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Bantargebang menjadi lokasi pembuangan akhir sejak tahun 1989. Saat ini, tempat yang lokasinya berada di wilayah Bekasi, Jawa Barat, tersebut sudah hampir penuh.
Pemprov DKI Jakarta juga harus memutar otak untuk mencari cara supaya dapat melakukan pengolahan sampah menjadi energi alternatif yang lebih bermanfaat.
Hasil kajian Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Provinsi DKI Jakarta di tahun 2023 telah menunjukkan, sampah yang setiap hari dikirim ke lokasi TPST Bantargebang sekitar 7.359 ton.
Sampah tersebut terdiri dari 50 persen sampah organik, 23 persen plastik, 17 persen kertas, 3 persen kayu, serta sisanya berupa sampah lain.
Usai melewati serangkaian kajian, Pemprov DKI Jakarta telah menetapkan RDF Plant menjadi salah satu solusi untuk mengatasi permasalahan terkait sampah.
“Secara sederhana, RDF merupakan hasil olahan sampah padat yang memiliki nilai kalori tinggi (mudah terbakar) dan bersifat homogen dalam bentuk curah ataupun pellet,” ujar Kepala DLH Provinsi DKI Jakarta Asep Kuswanto, Selasa (18/6/2024).
Asep menuturkan pengolahan sampah menjadi RDF diawali proses pemilihan atau penyisihan materi logam, kerikil, tanah, beling, maupun keramik.
Pada proses berikutnya, dilakukan pencacahan menjadi ukuran kecil dengan ukuran di bawah lima sentimeter.
Pada tahap terakhir yakni pengeringan atau penguapan kadar air sampah.
DLH Provinsi DKI Jakarta saat ini sudah menerapkan pengolahan sampah menjadi RDF secara penuh di lokasi TPST Bantargebang.
Pengolahan sampah menjadi RDF tanpa pengeringan dilaksanakan di Sistem Saringan Sampah Sungai Ciliwung T. B. Simatupang, maupun sejumlah TPS Reduce-Reuse-Recycle (3R) yang dibangun di tahun 2022-2023.
Di tahun 2024, DLH Provinsi DKI Jakarta kembali membangun RDF Plant yang berlokasi di Rorotan, Jakarta Utara.
Asep menyebutkan RDF Plant akan terus dikembangkan, sebab sistem pengolahan sampah ini bisa menyelesaikan masalah tanpa menimbulkan masalah.
Hal ini dikarenakan pengolahan yang dilakukan tak melibatkan proses pembakaran, sehingga bisa meminimalisir terjadinya polusi udara.
“Pengolahan sampah menjadi RDF mengurangi emisi karbon dari proses penimbunan sampah di landfill maupun pembakaran sampah,” ujarnya.
Dirinya menyebutkan metode pengolahan sampah menjadi RDF mempunyai sejumlah keunggulan.
Keunggulannya yakni dapat mengolah sampah tercampur serta andal pada perubahan kualitas sampah.
Hal ini dinilai efektif untuk mengolah sampah sesuai dengan komposisi maupun karakteristik sampah yang ada di Jakarta.
RDF Plant Bantargebang saat ini dapat mengolah sebanyak 2.000 ton sampah per hari. Sedangkan RDF Plant Rorotan yang saat ini sedang dibangun harapannya bisa melakukan pengolahan sampah sekitar 2.500 ton per hari.
Biaya pembangunan serta pengoperasian RDF Plant juga relatif terjangkau. Selain itu, waktu pembangunannya relatif cepat, dan bisa mendatangkan pendapatan daerah dari penjualan RDF kepada off-taker.
Saat ini terdata sudah 2 perusahaan semen yang menjalin kerja sama dengan Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) Unit Pengelola Sampah Terpadu (UPST) DLH Provinsi DKI Jakarta, untuk memanfaatkan RDF dari hasil pengolahan sampah yang ada di TPST Bantargebang.
“Kedua perusahaan tersebut adalah PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk untuk kompleks pabrik semen di Citeureup dan PT Solusi Bangun Indonesia Tbk untuk komplek pabrik semen di Narogong,” tutur Asep.
Langkah Pemprov DKI untuk melakukan pengembangan RDF Plant menjadi solusi dalam mengatasi permasalahan sampah ini mendapat apresiasi dari masyarakat.
Pendiri Forum Peduli Sampah Seluruh Indonesia (Forpasi) Hadohoan Satyalen Simaremare juga turut mengapresiasi RDF Plant ini.
“Hal ini adalah satu langkah maju dari pemerintah dalam rangka upaya menyelesaikan masalah sampah,” ujarnya.
Dirinya juga berharap, target 2.500 ton sampah per hari yang dapat diolah RDF Plant Rorotan bisa tercapai, sehingga permasalahan sampah yang ada di Jakarta bisa diatasi dengan baik.
“Jika sudah tercapai kesuksesan proyek, ini tentunya akan memberikan titik terang dalam penyelesaian masalah timbunan ke depan yang mencapai 8.000 ton per hari,” ujarnya.
Aktivis lingkungan yang sering dipanggil Dohan ini juga mewanti-wanti pemerintah daerah, agar terus melakukan edukasi kepada masyarakat supaya turut berperan aktif untuk mengurangi sampah.
“Diperlukan edukasi pengurangan maupun pemilihan sampah di tingkat masyarakat, sehingga secara paralel dapat mengurangi laju timbulan sampah yang pada akhirnya akan menjadi kewenangan dari Pemprov DKI,” ujarnya.
Ikuti berita terkini dari BINDO di
Google News, YouTube, dan Dailymotion