Info Regional
Rumah Apung Di Demak, Pemilik Berpendapat Bisa Jadi Solusi Dampak Banjir Rob
Demak, Bindo.id – Pasangan Mukromin dan Alfiyah sebagai satu-satunya warga Dukuh Timbulsloko yang mempunyai rumah apung.
Rumah ini tampak mengapung di depan rumah mereka yang saat ini tenggelam. Rumah mereka yang dulu tenggelam akibat adanya banjir rob.
Tampak luar, desain rumah dengan ukuran 6×6 meter ini memakai dinding serta lantai asbes dengan interior 2 ruang kamar, satu ruang serbaguna, serta satu teras.
Sedangkan di bagian dasar, pada setiap sisi bagian bawah terpasang 7 drum plastik dengan total 49 drum supaya rumah itu dapat tetap mengapung ketika berada di permukaan air.
Kedua sisi rumah masing-masing ada 3 bambu yang menjadi tiang pancang supaya rumah tak bergeser ketika air laut pasang.
Kerangka dindingnya terbuat dari usuk kayu bengkirai dengan tinggi 3 meter dan setebal 4×6 sentimeter (cm). Penopang atau tiang di 4 sudut memakai kayu balok berukuran 6×12 cm.
Rumah apung tersebut sebagai pilot project bantuan dari Pemerintah Kabupaten Demak sebesar Rp 50 juta. Bantuan tersebut dialokasikan untuk warga Dukuh Timbulsloko, Desa Timbulsloko, Kecamatan Sayung, di tahun 2023.
Walaupun memiliki ukuran minimalis, setidaknya rumah tersebut cukup untuk ditempati oleh Mukromin dan Alfiyah beserta kedua anaknya sehingga mereka tak perlu khawatir lagi ketika banjir rob datang.
Kamis (23/5/2024) siang, Edi Santoso (29) terlihay riang saat memberi makanan burung perkutut peliharaannya yang tampak tergantung di teras.
Dirinya seolah tak khawatir lagi dengan kondisi rumahnya walaupun terkepung banjir rob. Anak dari pasangan Mukromin dan Alfiyah tersebut hari ini mengaku diberi tugas untuk menjaga rumah. Sedangkan kedua orangtuanya pergi bekerja di luar.
“Alhamdulillah senang sih, pas (rob) naik sekarang bisa tidur,” ucap Edi, Kamis.
Dirinya berpendapat rumah apung ini bisa jadi solusi di masyarakat yang terkena dampak banjir rob. Namun demikian, tak ada yang sempurna.
“Pas hujan sama angin itu paling goyang-goyang,” ujarnya.
Edi menyebutkan bantuan dari pemerintah hanya berupa material. Sedangkan perakitan serta transportasi menuju ke Dukuh Timbulsloko memakai biaya sendiri.
Dirinya mengaku terlibat secara langsung ketika perakitan, serta mengetahui benar bagaimana pendirian rumah yang dipandu oleh ayahnya.
Beruntung, Mukromin merupakan tukang kayu sehingga perakitan rumah dapat berlangsung lebih mudah.
“Kalau uang banyak, bisa ngerjakan orang, tapi kalau tidak ya sudah tenaganya paling saudara,” ujarnya.
Edi menuturkan pengerjaan rumah juga sempat telat sebab ada sejumlah material yang tak sesuai. Oleh sebab itu harus diganti.
Di lain sisi, untuk sampai di Dukuh Timbulsloko membutuhkan waktu lama sebab jalan ke desa tak dapat dilewati mobil. Dari jalan utama desa, material diangkut memakai perahu agar dapat sampai di Dukuh Timbulsloko.
Sedangkan lalu lintas antar-rumah juga memakai jembatan kayu.
Ada barang yang datangnya terlambat. Sehingga berhenti selama 2 mingguan, target pembuatan 3 bulan. Dirinya mengaku sempat kesusahan saat membawanya.
“Merakit sendiri sudah ada gambarnya dari sana,” ujarnya.
Sebelumnya, Mukromin ikut menyampaikan sukacitanya ketika memperoleh bantuan rumah apung.
Sebab rumah lama miliknya telah keropos akibat diterjang banjir rob serta sudah tak layak huni.
“Alhamdulillah bahagia, masalah rumahnya itu keropos, dicek kres-kres itu,” tutur Mukromin (50) ketika merakit rumah apung, Sabtu (16/9/2023).
Mukromin yang mempunyai keahlian tukang kayu merasa tak kerepotan ketika membangun rumah tersebut.
“Ini dapat rumah apung saya kerjakan sendiri. Sudah ada gambarnya, detail. Saya serabutan, ya tukang kayu, tukang batu,” ungkapnya.
Ikuti berita terkini dari BINDO di
Google News, YouTube, dan Dailymotion