Info Nasional
Kereta Kencana Ki Jaga Rasa Bawa Bendera Pusaka Dan Teks Proklamasi Saat Kirab Budaya HUT RI ke-78
Jakarta, Bindo.id – Duplikat Bendera Pusaka Sang Saka Merah Putih dan Teks Proklamasi di bawa memakai kereta kencana Ki Jaga Rasa saat kirab budaya di upacara HUT RI ke-78.
Kirab budaya tersebut dimulai dari Monumen Nasional (Monas) menuju ke Istana Negara, Jakarta.
Pelaksanaan upacara HUT RI ke-78 digelar di Istana Negara, Jakarta.
Kereta kencana Ki Jaga Rasa saat kirab budaya tersebut, ditarik oleh 6 kuda yang ada di depannya. Kereta kencana ini juga mendapat pengawalan ketat.
Mengenal kereta kencana Ki Jaga Rasa
Dilansir dari kompas, kereta kencana Ki Jaga Rasa ini dibuat tahun 2008.
Ki Jaga Rasa dibawa dari kediaman Dedi Mulyadi yang merupakan seorang anggota DPR RI.
Kediaman Dedi berada di Desa Sukasari, Kecamatan Dawuan, Kabupaten Subang, Jawa Barat.
Di kediamannya, kereta kencana ini diberikan tempat khusus dan diberikan nama Bale Pemanah Rasa.
Dedi berpendapat kereta kencana Ki Jaga Rasa sebagai simbol pemimpin yang penuh rasa untuk menjaga, melindungi, serta mengayomi masyarakat.
Pihak istana sebelumnya telah membawa kereta kencana ini pada tanggal 10 Agustus 2023.
Sebelum kereta kencana ini diberangkatkan dari Subang, digelar upacara adat pelepasan terlebih dahulu.
Filosofi dari Ki Jaga Rasa
Dedi menuturkan Ki Jaga Rasa mempunyai makna serta filsafat yang luhur.
Jaga memiliki arti merawat, sedangkan rasa memiliki arti rasa atau hati.
Dirinya berpendapat bahwa makna dari nama tersebut yaitu kepemimpinan harus didasari dengan jiwa di hati sebagai kekuatan utama untuk melaksanakan pengelolaan.
Harapannya, manusia dapat memperlakukan negara serta alam dengan hati yang tulus.
Sehingga berbagai watak eksploitatif berlebihan yang menyebabkan kerusakan dapat dihindari.
Dirinya menjelaskan kereta kencana Ki Jaga Rasa ini dibuat sebagai bentuk penghormatan untuk leluhur Sunda, yaitu Prabu Siliwangi.
Dia berpendapat pembuatan kereta kencana tersebut awalnya berasal dari keprihatinannya tentang Sunda sudah kehilangan jiwa serta semangat masa lalunya.
Hal tersebut berbeda dengan suku lainnya misalnya Jawa, Sumatera, Bugis.
Menurutnya, suku tersebut masih menjunjung tinggi sejarah serta latar belakangnya dari masa lalunya.
Ikuti berita terkini dari BINDO di
Google News, YouTube, dan Dailymotion