Hukum & Kriminal
Diduga Terjadi Kebocoran 15 Juta Data Nasabah BSI, OJK Diminta Ikut Investigasi Akar Masalah
Jakarta, Bindo.id – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) diminta oleh Pengamat Perbankan Doddy Ariefianto agar turut mengadakan investigasi dalam menanggapi kendala yang dialami sistem Bank Syariah Indonesia (BSI).
Hal ini disebabkan terkait ada dugaan kebocoran sebanyak 15 juta data nasabah BSI. Doddy menuturkan investigasi ini perlu diadakan sebab OJK merupakan lembaga pengawas sekaligus independen.
Tujuan dari investigasi ini yaitu untuk mencari akar masalah kendala yang dihadapi oleh BSI. Tindakan ini dilakukan untuk mengetahui apakah ada kendala internal, ataukah terjadi serangan siber.
Dia berpendapat kejadian ini dapat membuat citra buruk pada perbankan di Indonesia. Terlebih, kejadian tentang dugaan adanya serangan siber terjadi pada bank besar seperti BSI.
“Harus, wajib harus banget,” ujarnya, Sabtu (13/5/2023).
Menurutnya bank sebesar BSI saja dapat diretas, bagaimana dia dapat percaya dengan BCA, BRI, Bank Mandiri. Tentang dugaan data nasabah yang diduga telah bocor, Doddy berpendapat diperlukan tindakan investigasi dari OJK. Dirinya belum percaya sepenuhnya terhadap klaim peretas yang mengatakan sebanyak 15 juta nasabah berhasil diretasnya.
“Itu klaim si hacker kan, perlu diverifikasi, kita jangan mentah-mentah terima apa kata hacker,” ujarnya.
Dia berpendapat hacker suka nge-bluff (menggertak), dirinya menganggap hacker merupakan penjahat yang sedang cari nama.
“Jadi kita enggak tahu, ini yang tahu tentu saja harus diaudit, audit IT, OJK masuk periksa,” ujarnya.
Dari audit tersebut, maka akan diketahui apa yang salah. Nantinya akan ketahuan dari situ
Perlu Dilakukan Audit
Doddy menuturkan perlu dilakukan audit. Harapannya, dengan adanya audit, dapat menemukan titik temu dari akar masalah yang sedang dialami oleh BSI.
“Yang paling bisa ya diaudit, baru ketauan penyebabnya apa,” tuturnya.
Dengan dilakukan audit, dapat diketahui apakah ada kerusakan internal atau memang ada serangan peretasan. Doddy Ariefianto menuturkan masyarakat perlu adanya informasi yang jelas.
Diduga Data 15 Juta Nasabah Bocor
Sejumlah nasabah Bank Syariah Indonesia (BSI) beberapa hari lalu telah mengeluhkan bahwa mereka tak dapat mengakses layanan aplikasi BSI Mobile. Perusahaan menyebut pihaknya sedang mengadakan maintenance system. Oleh sebab itu, untuk sementara waktu layanan BSI tak dapat diakses.
Akan tetapi beredar kabar BSI menjadi korban ransomware. Informasi tersebut muncul di media sosial dengan bermacam bukti yang mengindikasikan bahwa bank tersebut memang terinfeksi ransomware.
Pakar keamanan siber sekaligus Pendiri Ethical Hacker Indonesia Teguh Aprianto menyebutkan tentang kabar BSI yang terkena ransomware di akun Twitternya @secgroun, Sabtu (13/5/2023).
“Setelah kemarin seluruh layanan @bankbsi_id offline selama beberapa hari dengan alasan maintenance,” ujar Teguh lewat akun Twitternya.
Teguh mengatakan bahwa pihak BSI telah menkonfirmasi bahwa mereka menjadi korban serangan ransomware. Teguh menuturkan sebanyak 1,5 TB data berhasil diretas. Diantara data tersebut terdapat sebanyak 15 juta data pengguna dan password untuk akses internal dan layanan yang digunakan berhasil diretas.
Data Rekening Diretas
Teguh menuturkan kebocoran data yang terjadi yaitu data karyawan, dokumen keuangan, dokumen legal, NDA, dan lainnya.
Sedangkan, data pelanggan yang berhasil diretas yaitu nama, nomor HP, alamat, saldo di rekening, nomor rekening, history transaksi, tanggal pembukaan rekening, informasi pekerjaan, dan lainnya.
Teguh menjelaskan di cuitannya dengan beberapa screenshot yang membuktikan bahwa BSI menjadi korban ransomware. Data yang telah disandera oleh pelaku kejahatan siber akan dipublikasikan, apabila pihak pemilik data tak membayar tebusan yang telah diminta oleh pelaku, dilansir dari liputan6.
Ikuti berita terkini dari BINDO di
Google News, YouTube, dan Dailymotion