Connect with us

News

Persiapkan Teknik Pertanian Minim Air IPHA Untuk Hadapi Krisis Iklim

Published

on

Ilustrasi pertanian menggunakan sistem IPHA [digitaloceandpaces]

Cirebon, Bindo.id – Sejumlah wilayah di Kabupaten Indramayu, Jawa Barat telah mempraktikkan sistem Irigasi Padi Hemat Air (IPHA).

Sistem IPHA ini juga dijadikan percontohan untuk daerah lain. Para petani dapat memperoleh tambahan hasil panen dengan menerapkan IPHA di tahun 2024

Perubahan penggunaan sistem konvensional menjadi sistem IPHA, para petani mengalami peningkatan produktivitas panen mencapai sekitar 1 hingga 2 ton per hektare.

Sunaryo yang merupakan salah satu petani asal Desa Cangko, Kecamatan Tukdana, Kabupaten Indramayu mengaku telah menerapkan sistem IPHA di sawahnya selama 2 kali musim tanam di tahun 2024

Dirinya juga menambahkan luas area penerapan sistem IPHA pada musim tanam satu ke musim tanam kedua.

Pada musim tanam pertama, Sunaryo bersama dengan sebagian petani Desa Cangko sudah memakai sistem IPHA di tiga setengah hektare.

Dari satu hektare, Sunaryo memperoleh peningkatan hasil panen 1 sampai 2 ton per hektare. Di musim tanam kedua, mereka juga menambahkan penerapan sistem IPHA menjadi 18 hektare.

“Sudah dua musim, MT 1 dan MT 2 tahun kemarin. Hasilnya, Alhamdulillah ada peningkatan dari konvensional ke IPHA, yang semula konvensional sekitar 8 ton per hektare, teknik IPHA ini 9 sampai 10 ton per hektare. Nah, MT 1 tiga setengah hektare terus kita coba di MT 2 mencapai 18 hektare,” ujar Sunaryo saat di lokasi penerapan IPHA yang berlokasi di Desa Slangit Kabupaten Cirebon, Sabtu (5/1/2025) petang. S

Kata Sunaryo, perbedaan antara sistem konvensional dengan sistem IPHA, terletak pada tata cara tanam serta perawatan.

Sunaryo juga harus menambah sekam bakar untuk lapisan atas di lahan penyemaian atau pembibitan. Jika memakai sistem konvensional, petani tak memakai sekam bakar, namun langsung ke tanah.

Baca Juga  Gapura Alun-Alun Pataraksa Di Cirebon Ambruk Usai 2 Bulan Diresmikan

Proses pengairan juga sangat diperhatikan supaya kondisi air tak terlalu menggenang, namun hanya basah atau sedikit becek. Kondisi tersebut menyebabkan rumput mudah tumbuh serta petani harus rajin melakukan pencabutan secara rutin.

“Teknik IPHA ini pemberian airnya secara rutin, rumput cepat tumbuh jadi kita ekstra memeliharanya, pengaturan air juga sangat diperhatikan,” ujar Sunaryo.

Efisiensi air Balai Penyuluhan Pertanian Kecamatan Klangenan, Dinas Pertanian Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, Sanaji menuturkan Desa Slangit yakni wilayah pertama di Kabupaten Cirebon yang menggunakan sistem IPHA.

Dirinya bersama dengan para petani menggunakan tinggi air maksimal 2 sentimeter dari yang semula dapat mencapai 5 centimeter di teknik konvensional.

Tingginya genangan air memiliki potensi mengurangi kandungan oksigen yang ada di dalam tanah, memperlambat perkembangan akar, serta akan berdampak terhadap hasil panen yang lebih rendah serta lama.

“Metode IPHA ini berusaha mengurangi pemborosan air. Air cukup ‘macak-macak’ saja, tidak menggenang berlebihan, sehingga akar padi berkembang dengan baik dan tanaman lebih sehat,” ujar Sanaji di Desa Slangit (5/1/2025) petang.

Sanaji menuturkan Kelompok Tani Taruna Tani Muktisari, merupakan salah satu kelompok tani yang sedang mencoba menggunakan sistem IPHA di Slangit.

Mereka belajar menyesuaikan serta beradaptasi dari tata cara tanam yang lama ke tata cara tanam yang baru.

Sanaji menyebutkan para petani meyakini bahwa IPHA akan memberikan manfaat jangka panjang. Sistem pertanian IPHA ini juga dipersiapkan untuk menghadapi krisis iklim masa mendatang.

Rata-rata hasil panen perhektare di desa Slangit biasanya sekitar 6-7 ton per hektare. Penerapan teknik IPHA ini diharapkan bisa meningkatkan produktivitas seperti yang dialami oleh petani Indramayu.

Diterapkan di  beberapa wilayah

Dody Hanggodo, Menteri Pekerjaan Umum menuturkan sistem irigasi padi hemat air sudah digunakan di sejumlah wilayah. Hasil panennya melimpah bahkan bertambah satu sampai dua ton dari sistem konvensional. Kesuksesan tersebut, ingin coba digunakan di Cirebon maupun daerah lainnya.

Baca Juga  Libatkan Anak Muda, Kementan Dorong Pembangunan Pertanian Modern

“Salah satu percontohan kita untuk irigasi hemat air. Total hampir 85.867 hektare dari Daerah Irigasi Rentang. Sebenarnya ini proyek percontohan. Tapi sudah sebenarnya bukan percontohan lagi nih. Karena sudah sukses di Indramayu beberapa tahun. Kita tarik ke Cirebon. Kita terapkan di Cirebon. Harapannya di sana sukses, di sini sukses,” ujar Dody saat ditemui di lokasi tinjauan, Sabtu (4/1/2025) petang.

Sistem pertanian ini juga akan melibatkan kerja sama antar Kementerian Pekerjaan Umum, Kementerian Pertanian, Balai Besar Wilayah Sungai, beserta TNI Angkatan Darat.

Pihaknya mulai melakukan penyusunan SOP (Standar Operasional Prosedur) untuk memperluas implementasi teknologi IPHA ini ke wilayah lain yang ada di Indonesia.

Pemerintah menetapkan target 85.867 hektare dari daerah Irigasi Rentang serta 2.000 hektare di Kamun.

Kata Dody, salah satu tantangan terbesar yang dihadapi pada penerapan sistem IPHA ini yakni perubahan perilaku petani, yang biasanya bergantung pada pemakaian air yang berlimpah. Namun, Dody optimistis para petani bisa beradaptasi dengan menggunakan sistem IPHA ini usai diberi edukasi tentang pentingnya efisiensi air.

Terlebih lagi program irigasi padi hemat air ini diandalkan sebagai solusi untuk menghadapi tantangan krisis iklim yang akan berdampak terhadap ketersediaan air. Kondisi tersebut bisa jadi mengancam sektor pertanian yang ada di Indonesia.

Ikuti berita terkini dari BINDO di
Google News, YouTube, dan Dailymotion