Connect with us

Kesehatan

Teknologi Wolbachia Diyakini Efektif Kurangi Kasus DBD

Published

on

Aedes aegypti [antara]
Aedes aegypti [antara]

Jakarta, Bindo.id – Pemakaian wolbachia kini jadi inovasi Kementerian Kesehatan (Kemenkes) untuk melakukan penanggulangan dengue secara efektif.

Wolbachia merupakan teknologi yang memakai bakteri untuk melumpuhkan virus dengue yang terdapat pada nyamuk aedes aegypti serta meminimalisit penyebaran demam berdarah dengue (DBD) yang ada di Indonesia.

Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kemenkes RI, Siti Nadia Tarmizi menuturkan bahwa teknologi wolbachia sebagai pelengkap strategi pengendalian dengue yang berkasnya telah dimasukan ke Stranas (Strategi Nasional).

“Pemanfaatan teknologi wolbachia juga telah dilaksanakan di sembilan negara lain,” tutur Nadia saat memberikan keterangan pers, Senin (13/11/2023).

Nadia mengungkapkan hasil pemanfaatan teknologi wolbachia terbukti efektif untuk melakukan pencegahan Dengue.

Negara yang disebut berhasil memakai teknologi ini yakni Brasil, Australia, Vietnam, Fiji, Vanuatu, Mexico, Kiribati, New Caledonia, serta Sri Lanka.

Sebagai pilot project di Indonesia, pemakaian Wolbachia dilakukan di 5 kota, yakni Kota Semarang, Jakarta Barat, Bandung, Kupang serta Bontang.

“Penetapannya berdasarkan Keputusan Menteri kesehatan RI Nomor 1341 tentang Penyelenggaran Pilot project Implementasi Wolbachia sebagai inovasi penanggulangan dengue,” ujarnya.

Efektivitas pemakaian teknologi Wolbachia

Penelitian tentang efektivitas Wolbachia mulai 2011. The World Mosquito (WMP) di Yogyakarta didukung oleh filantropi yayasan Tahija mengadakan penelitian tersebut.

Nadia menuturkan penelitian dilaksanakan lewat fase persiapan serta pelepasan aedes aegypti berwolbachia pads skala terbatas (2011-2015).

“Wolbachia ini dapat melumpuhkan virus dengue dalam tubuh nyamuk aedes aegypti, sehingga virus dengue tidak akan menular ke dalam tubuh manusia,” paparnya.

Apabila aedes aegypti jantan berwolbachia kawin dengan aedes aegypti betina, maka virus dengue yang ada pada nyamuk betina akan terblok.

Apabila nyamuk betina yang berwolbachia kawin dengan nyamuk jantan yang tak berwolbachia maka semua telurnya akan memiliki kandungan wolbachia.

Baca Juga  Kemenkes Terbitkan Protokol Kesehatan 6M+1S Waspadai Penyakit Yang Timbul Akibat Polusi

Sebelumnya, uji coba penyebaran nyamuk berwolbachia sudah dilaksanakan di Kota Yogyakarta dan Kabupaten Bantul pada tahun 2022.

Hasilnya, di lokasi yang sudah disebar wolbachia telah terbukti mampu meminimalisir kasus demam berdarah sampai 77 persen serta mengurangi proporsi dirawat di rumah sakit sebanyak 86 persen.

Saat keterangan pers yang sama, Kepala Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta, Emma Rahmi Aryani menuturkan ada penurunan penyebaran dengue yang signifikan usai diterapkan Wolbachia.

“Jumlah kasus di Kota Yogyakarta pada bulan Januari hingga Mei 2023 dibanding pola maksimum dan minimum di 7 tahun sebelumnya (2015-2022) berada di bawah garis minimum,” tutur Emma.

Dirinya menyebutkan masyarakat pada awalnya memang mempunyai kekhawatiran tentang pelepasan nyamuk dapat mengurangi (DBD).

Namun, seiring berjalannya waktu serta adanya edukasi maupun sosialisasi, saat ini masyarakat semakin paham, bahwa sebetulnya teknologi ini berguna untuk meminimalisir DBD.

Namun, keberadaan inovasi teknologi Wolbachia tak serta-merta menghilangkan metode pencegahan maupun pengendalian dengue yang sudah ada di Indonesia.

Masyarakat tetap diminta agar menerapkan gerakan 3M Plus, yakni Menguras, Menutup, dan Mendaur ulang, dan juga tetap menjaga kebersihan diri dan lingkungan.

Ikuti berita terkini dari BINDO di
Google News, YouTube, dan Dailymotion