Connect with us

Kesehatan

Mengenal Terapi Sinar Proton, Terobosan Dalam Pengobatan Kanker

Published

on

terapi sinar proton untuk kanker-bfddad30
Foto: canva.com

Kesehatan, Bindo.id – Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI memperkenalkan layanan terapi sinar proton untuk pengobatan kanker pada 8 Juni 2023 lalu di Gedung Kemenkes, Jakarta.

Untuk pengembangan layanan tersebut, Kemenkes menggandeng Medipolis Medical Research Institute – Medipolis Proton Therapy and Research Center, Jepang.

Kemenkes juga menandatangani kesepakatan kerjasama melalui MoU dengan Rumah Sakit Kanker Dharmais dan Medipolis Research Institute.

Melalui rilis resmi di website kemenkes.go.id, Prof. dr. Dante Saksono, wakil Menteri Kesehatan RI, menjelaskan perihal penandatanganan MoU ini.

“MoU bertujuan memberikan struktur umum dan dasar dalam membangun, serta mempromosikan penerapan terapi proton untuk penelitian, pengobatan, dan layanan kanker di RS Kanker Dharmais,” ujarnya.

Harapannya melalui penggunaan terapi proton, maka dapat tercapai kemajuan dalam ilmu kesehatan, teknologi, kapasitas pengobatan, serta pelayanan kanker di Indonesia.

Lantas, apa itu terapi sinar proton untuk pengobatan kanker?

Mengenal Terapi Sinar Proton Untuk Kanker

Menukil dari Memorial Sloan Kattering Cancer Center, terapi sinar proton adalah jenis pengobatan kanker tingkat lanjut yang melibatkan penggunaan partikel bermuatan yang disebut proton.

Terapi sinar proton umumnya digunakan untuk mengobati kanker dengan anatomi yang kompleks atau dikelilingi oleh jaringan sensitif. Pasien dewasa maupun anak-anak dimungkinkan untuk menerima terapi ini.

Dalam terapi sinar proton tidak lagi menggunakan sinar-X, sinar gamma, maupun radiasi elektron yang lazim digunakan pada bentuk terapi radiasi lainnya.

Terapi sinar proton dirancang untuk membunuh sel kanker dengan merusak DNA dari sel tersebut. Kemampuan sinar proton fokus membunuh lesi kanker dengan dampak yang minimal pada jaringan atau organ lain di sekitarnya.

Rilis Kemenkes juga mengungkapkan bahwa karakteristik dari terapi proton adalah terciptanya bragg peak. Artinya, kerusakan yang muncul dari sinar proton hanya terkonsentrasi pada sel kanker saja dan mampu mengurangi efek pada jaringan sehat lainnya.

Sejarah Terapi Sinar Proton

Walaupun baru diperkenalkan di Indonesia, tetapi sebenarnya terapi sinar proton bukanlah hal baru. Ide penggunaan sinar proton untuk perawatan medis sudah muncul sejak tahun 1946. Fisikawan Robert R. Wilson, Ph.D adalah orang pertama yang memperkenalkan ide ini.

Baca Juga  Kemenkes Beberkan Cara Warga Mencoblos Saat Berada Di Rumah Sakit

Upaya pertama untuk menggunakan radiasi proton untuk merawat pasien kemudian mulai dilakukan pada tahun 1950-an di fasilitas fisika nuklir. Namun, aplikasinya saat itu hanya terbatas pada beberapa area tubuh saja.

Tahun 1954, Universitas Berkeley USA melakukan uji coba terapi kanker menggunakan partikel proton cyclotron. Selanjutnya, kemajuan penelitian perihal terapi sinar proton ini terus dikembangkan oleh beberapa negara maju.

Sekitar 1985 dibentuk Proton Therapy COoperative Group (PTCOG) yang beranggotakan para fisikawan, dokter, dan insinyur.

PTCOG melakukan uji klinis yang menyimpulkan bahwa terapi sinar proton efektif untuk terapi kanker dengan efek samping yang minim.

Penemuan ini ditindaklanjuti pada tahun 1988 oleh Food & Drug Administration (FDA) Amerika Serikat. FDA memberikan izin resmi pemanfaatan partikel proton untuk terapi kanker bagi masyakarat umum.

Dalam perkembangannya, pusat terapi sinar proton pertama di dunia yang melayani terapi kanker adalah Loma Linda University Medical Center, Amerika Serikat. Layanan tersebut telah mulai sejak tahun 1990 yang lalu.

Keunggulan Terapi Sinar Proton Untuk Kanker

Terapi radiasi konvensional memerlukan kecermatan dosis agar efektif menarget sel kanker. Padahal, dalam prakteknya terkadang sebagian besar energi yang dikeluarkan susah dikontrol dan justru terkumpul di jaringan normal dekat permukaan tubuh.

Akan menjadi kurang efektif ketika sel kanker yang akan diterapi tumbuh di lokasi yang jauh dari permukaan tubuh. Akibatnya, jaringan yang akan ditarget radiasi menjadi susah mendapatkan dosis maksimal.

Sementara itu, terapi sinar proton mampu menghasilkan energi yang lebih presisi dan volumenya lebih terkontrol pada jaringan kanker yang ditargetkan.

Terapi sinar proton telah menggunakan teknologi akselerator dan sinkronikasi. Hal ini mempercepat pergerakan partikel hingga mendekati kecepatan cahaya. Hasilnya, kanker dapat ditarget dengan lebih akurat.

Baca Juga  Dinkes DKI Jakarta Sediakan 44 Puskesmas Dan 31 RSUD Untuk Menangani ISPA 24 Jam

Dalam laman Parkway cancer Centre disebutkan manfaat lain dari terapi sinar proton. Terapi ini mampu mengurangi risiko radiasi pada pasien muda dan mengurangi risiko kanker sekunder.

Melihat keunggulan terapi sinar proton untuk terapi kanker, maka harapannya terapi ini dapat semakin berkembang di Indonesia. Bahkan, terbuka pula layanan di lebih banyak kota selain Jakarta.

Ikuti berita terkini dari BINDO di
Google News, YouTube, dan Dailymotion

Advertisement
Berikan Komentar

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *